Misteri Ratu Malang

Situs atau Makam Ratu Malang dan dalang Kyai Panjang Mas terletak di Gunung Sentono atau Gunung Kelir, Dusun Sentono, Kalurahan Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Propinsi DIY. Lokasi ini dapat ditempuh melalui Jl.Parangtritis-Pertigaan Tembi-ke timur (arah Pleret/Jejeran)-mentok-belok ke kiri-Pasar Pleret-belok ke kanan mentok.
Makam Ratu Malang ini terletakk agak berjauhan dengan makam mantan suaminya, Ki Dalang Panjang Mas. Kompleks makam diberi pagar berupa susunan batu putih yang membentuk semacam pagar tembok-benteng. Ketinggian pagar ini kira-kira 3-4 meteran. Ketebalan tembok pagarnya sekitar 1-1,5 meter. Makam Ratu Malang berada di puncak sebuah bukit yang dinamakan Bukit atau Gunung Kelir.

Gunung Kelir dinamakan demikian karena terdapatnya tembok pagar makam yang digambari wayang dengan cara digurat atau ditakik. Gambar-gambar wayang yang berjajar-jajar di sepanjang permukaan tembok pagar inilah yang kemudian dianggap sebagai, atau seperti kelir wayang dalam pementasan wayang kulit. Berawal dari situlah bukit ini kemudian dinamakan Gunung Kelir.

Penggambaran wayang pada permukaan dinding pagar tembok atau batu berlapis tanah ini memang disesuaikan dengan orang-orang yang dimakamkan di Gunung Kelir, khususnya pada dalang Kyai Panjang Mas dan Ratu Malang. Kyai Panjang Mas adalah dalang kondang pada zaman pemerintahan Sunan Amangkurat I (1645-1677). Ratu Malang sendiri adalah istri Kyai Panjang Mas yang berprofesi sebagai pesindhen. Jadi pelukisan tembok makam Gunung Kelir ini disesuaikan dengan profesi kedua orang itu.

Ratu Malang adalah tokoh fenomenal yang sempat mengguncangkan hampir keseluruhan sendi-sendi kehidupan di Mataram. Sosoknya yang cantik molek telah meruntuhkan hati Sunan Amangkurat I selaku penguasa Mataram pasca Sultan Agung. Berkat kekuasaannya, ia bisa menyunting Ratu Malang dan bahkan menjadi istri yang paling disayanginya. Hal demikian menimbulkan rasa iri dan cemburu bagi istri (selir-selir) raja yang lain. Tidak mengherankan jika ia kemudian disebut atau dijuluki Ratu Malang. Artinya adalah ratu yang melintang. Ratu atau wanita yang melintangi jalan dan hasrat wanita (istri-istri) raja yang lain untuk berdekatan dan mendapatkan kasih sayang dari sang raja (Amangkurat I). Ia juga mendapatkan sebutan atau julukan Ratu Mas Malat atau Ratu Mas Maling. Sebutan-sebutan ini tentu saja berkonotasi negatif. Malat atau malati dalam bahasa Jawa dapat diartikan sebagai menimbulkan kutukan kutukan atau tulah. Sedangkan maling, artinya sudah jelas. Ia dianggap maling atau merampok hati Amangkurat I untuk dirinya sendiri.

(bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat Lintang Sakembaran

Cerita Rakyat Gendra Asmara Adipati Anom Amral