Mangir yang disebut juga Ki Ageng Mangir Wanabaya merupakan tokoh fenomenal karena perseteruannya dengan Panembahan Senopati selaku penguasa Mataram. Hanya saja, sampai sekarang orang masih banyak yang bingung, Mangir ke berapakah yang berseteru dengan Senopati ini. Jika ditilik dari Babad Mangir, maka di situ terlihat bahwa Ki Ageng Mangir Wanabaya III -lah yang berseteru dan kemudian menjadi menantu Senapati dan akhirnya tewas dibunuh. Dalam Babad Mangir ini disebutkan bahwa Prabu Brawijaya Pamungkas memiliki anak yang bernama Raden Lembu Amisani. Raden Lembu Amisani memiliki putra Ki Wanabaya (Mangir I)-Ki Wanabaya memiliki putra bernama Ki Ageng Mangir Wanabaya (Mangir II). Ki Ageng Mangir Wanabaya (III). Mangir II juga memiliki putra yang bernama Bagus Baruklinting yang disebut-sebut berwujud ular naga.
Banyak cerita yang menyebutkan bahwa Mangir mengembara dari wilayah Gunung Kidul hingga Bantul. Ia pertama kali bermukim di wilayah yang sekarang disebut sebagai Mangiran. Petilasan pendaratan Mangir di Srandakan ini sekarang berada dalam kompleks makam umum di wilayah itu. Lokasinya berada di sisi utara Pasar Mangiran, Srandakan, Bantul. Dari tempat ini Mangir melanjutkan pengembaraannya hingga di wilayah yang sekarang disebut sebagai Dusun Mangir, Sendangsari, Pajangan, Bantul. Di tempat inilah Mangir mendirikan semacam istana. Dari sini pulalah cerita mengenai Bagus Baruklinting berawal. Di tempat ini pulalah "rante emas" Pembayun disusupkan oleh Senopati untuk menjerat Mangir.
Bagus Baruklinting semestinya tentu bukanlah ular dalam arti sesungguhnya. Ia adalah sosok manusia juga. Hanya saja karena kelahirannya berada di luar nikah maka ia digambarkan sebagai ular yang barangkali memiliki makna sama dengan "lembu peteng". Ibu Baruklinting disebut-sebut berasal dari Dusun Jlegong. Dusun Jlegong ini berada di sisi Barat Mangir-berada di sebelah barat Sungai Progo-dan kini masuk dalam wilayah Kelurahan Salamrejo, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo.
Dusun Mangir sendiri sebagai sebuah wilayah bekas kekuasaan Ki Ageng Mangir terbagi atas tiga wilayah yakni Dusun Mangir Lor, Mangir Tengah, dan Mangir Kidul. Di dusun ini pula kita dapat melihat begitu banyak sebaran batu bata kuno, fragmen arca, lingga, yoni, dan lain-lain yang diduga merupakan bekas peninggalan istana Mangir.
(Bersambung)
Banyak cerita yang menyebutkan bahwa Mangir mengembara dari wilayah Gunung Kidul hingga Bantul. Ia pertama kali bermukim di wilayah yang sekarang disebut sebagai Mangiran. Petilasan pendaratan Mangir di Srandakan ini sekarang berada dalam kompleks makam umum di wilayah itu. Lokasinya berada di sisi utara Pasar Mangiran, Srandakan, Bantul. Dari tempat ini Mangir melanjutkan pengembaraannya hingga di wilayah yang sekarang disebut sebagai Dusun Mangir, Sendangsari, Pajangan, Bantul. Di tempat inilah Mangir mendirikan semacam istana. Dari sini pulalah cerita mengenai Bagus Baruklinting berawal. Di tempat ini pulalah "rante emas" Pembayun disusupkan oleh Senopati untuk menjerat Mangir.
Bagus Baruklinting semestinya tentu bukanlah ular dalam arti sesungguhnya. Ia adalah sosok manusia juga. Hanya saja karena kelahirannya berada di luar nikah maka ia digambarkan sebagai ular yang barangkali memiliki makna sama dengan "lembu peteng". Ibu Baruklinting disebut-sebut berasal dari Dusun Jlegong. Dusun Jlegong ini berada di sisi Barat Mangir-berada di sebelah barat Sungai Progo-dan kini masuk dalam wilayah Kelurahan Salamrejo, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo.
Dusun Mangir sendiri sebagai sebuah wilayah bekas kekuasaan Ki Ageng Mangir terbagi atas tiga wilayah yakni Dusun Mangir Lor, Mangir Tengah, dan Mangir Kidul. Di dusun ini pula kita dapat melihat begitu banyak sebaran batu bata kuno, fragmen arca, lingga, yoni, dan lain-lain yang diduga merupakan bekas peninggalan istana Mangir.
(Bersambung)
Wokey....
BalasHapusKunjungi website mangir, http://www.mangir.web.id.
Salam pemuda-pemudi mangir!