Cerita rakyat ini mengisahkan tentang Raden Hasan dan Raden Husen. Raden Hasan kelak menjadi Raden Patah (penguasa Demak), sedangkan Raden Husen kelak menjadi Adipati di Terung (dekat Pasuruhan) dengan nama Adipati Arya Pecat Tanda. Keduanya bertemu dalam peperangan Demak melawan Majapahit. Dalam peperangan ini Adipati Arya Pecat Tanda terkenal kesaktiannya dengan ajian yang dinamakan Petak Buta. Dalam sebuah peperangan Adipati Arya Pecat Tanda berhasil menewaskan Sunan Ngudung (Sunan Kudus I). Raden Hasan dan Raden Husen lahir dari rahim ibu yang sama. Kepentingan politik yang berbeda mempertemukan mereka dalam perseteruan. Keduanya sama-sama tampan, gagah, cerdas, pemberani. Sama seperti pertemuan Arjuna dan Karna dalam cerita Mahabarata. Cerita ini pernah dimuat secara serial di Majalah Jaya Baya, Surabaya. Ilustrator dari cerita ini adalah Boediono. Karya ini adalah salah satu karya saya dengan nama samaran saya.
Situs atau Makam Ratu Malang dan dalang Kyai Panjang Mas terletak di Gunung Sentono atau Gunung Kelir, Dusun Sentono, Kalurahan Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Propinsi DIY. Lokasi ini dapat ditempuh melalui Jl.Parangtritis-Pertigaan Tembi-ke timur (arah Pleret/Jejeran)-mentok-belok ke kiri-Pasar Pleret-belok ke kanan mentok. Makam Ratu Malang ini terletakk agak berjauhan dengan makam mantan suaminya, Ki Dalang Panjang Mas. Kompleks makam diberi pagar berupa susunan batu putih yang membentuk semacam pagar tembok-benteng. Ketinggian pagar ini kira-kira 3-4 meteran. Ketebalan tembok pagarnya sekitar 1-1,5 meter. Makam Ratu Malang berada di puncak sebuah bukit yang dinamakan Bukit atau Gunung Kelir. Gunung Kelir dinamakan demikian karena terdapatnya tembok pagar makam yang digambari wayang dengan cara digurat atau ditakik. Gambar-gambar wayang yang berjajar-jajar di sepanjang permukaan tembok pagar inilah yang kemudian dianggap sebagai, atau seperti kelir wayang dalam pementas...
Cerita Rakyat ini berkisah tentang masa muda Pangeran Adipati Anom Amral yang kelak bergelar Sunan Amangkurat II atau Sunan Amangkurat Amral. Gendra bisa diartikan sebagai pertikaian, perselisihan, ontran-ontran, atau keributan. Pada masa mudanya Sunan Amangkurat II mengalami ontran-ontran asmara yang menyedihkan bahkan mengguncangkan Kerajaan Mataram Plered. Cerita ini tengah dimuat secara serial di majalah Jaya Baya, Surabaya. Sartono Kusumaningrat
Komentar
Posting Komentar